Ticker

6/recent/ticker-posts

Gantian Menyupiri RHS

RHS diatas Pesawat. (Foto Birgaldo Sinaga)
Jakarta-
Saya meluncur cepat. Menuju sebuah hotel di bilangan Jakarta Pusat. Masih pagi. Pukul 7. "Hai Bill...apa kabar...ayo sarapan", sapanya ramah ketika saya sampai.

Ia memanggil saya Bill. Hanya sedikit orang yang tahu nama panggilan Bill itu. Salah satunya RHS. Radiapo Hasiholan Sinaga. Calon Bupati yang lagi berkibar namanya di Kabupaten Simalungun, Sumut.

Dulu, sekitar tahun 2000an, saya bekerja di perusahaan asing asal negara Skandinavia, Denmark. Menjual alat2 berat, material handling equipment. Sebagai sales engineer.

Orang bule kesulitan memanggil nama saya. Berkali2 lidah mereka salah. Apalagi jika saya memperkenalkan diri melalui telepon. Walhasil agar mudah, saya menyebut nama Bill. Bill Sinaga. Beda tipis dengan Bill Clinton. Jadi nampak keren bukan? Hahaha

"Kita sudah mendapat 18 kursi dukungan partai Bill", ujarnya sumringah.

Sambil menikmati bubur ayam saya mendengar cerita seru di balik rekomendasi2 partai pengusung.

Cerita tentang mimpi besarnya ingin membangun sumber daya manusia di tanah kelahirannya. Saya lebih banyak mendengar di meja sarapan hotel berbintang lima itu.

Ini berbanding terbalik dengan kisah 6 tahun lalu. Sebuah kisah yang membuat saya mengenal lebih dalam pribadi RHS.

Pada akhir Januari 2014, saya menangani kasus kematian seorang ibu muda. Heldaida Sinaga, tewas akibat kecelakaan lalu lintas.

Helda menurut berita koran melompat dari mobil saat kendaraan sedang melaju dari Nagoya menuju rumahnya di Batu Aji. Ia sedang bersama suami dan dua anaknya saat peristiwa naas itu terjadi.

Mobil double cabin Mitsubishi Storm itu disupiri suaminya. Suami Helda hampir lolos dari jeratan hukum. Polisi percaya pada pengakuannya. Tidak ada saksi. Hanya cerita tunggal. Dari suaminya sendiri.

Keluarga Helda menghubungi Udin P Sihaloho. Udin Sihaloho anggota DPRD Batam diminta bantuannya menangani kasus yang janggal ini.

Udin menelepon saya. Saya segera meluncur ke Polsek Lubuk Baja untuk mencari tahu titik terang kasus itu. Sementara mayat Helda masih terbujur kaku di lemari pendingin RS OB.

Insting detektiv saya mencim ada kejanggalan. Saya langsung melihat kondisi mobil yang dikendarai suami Helda sedang terparkir di Polsek Lubuk Baja. Saya mencium ke empat ban mobil itu. Memeriksa bagian dalam dan cat mobil itu.

Usai memeriksa, saya masuk ke dalam kantor Polsek. Menemui suami Helda. Dan mulai melakukan investigasi. Melalui wawancara.

Hasil investigasi itu bisa di baca di sini👇👇

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2281013462111453&id=1820404924838978

https://batam.tribunnews.com/2014/01/24/bertengkar-dengan-suami-heldaida-lompat-dari-mobil-dan-meninggal

Sehari menjelang rekonstruksi penganiayaan, saya berpikir perlu seorang teman ikut mendampingi saya.

"Wah ini mobil rekonstruksi kita Bang? Mewah sekali?", ujar saya sedikit terperangah.

Mobil BMW putih MPV. Keluaran terbaru. Milik RHS.

"Ya gak apa apa Bill. Biar segan polisi melihat kita", ujarnya percaya diri.

Sehari sebelum rekonstruksi, saya menelepon RHS. Meminta bantuannya untuk menemani saya. Ia langsung menyambut. Mau membantu menjadi supir rekonstruksi.

Tadinya saya pikir RHS akan menolak permintaan saya. Maklum RHS pengusaha besar. Boss besar. Mana mungkin orang kaya besar mau mengurus urusan remahan rengginang begini. Biasanya urus proyek gede, lha ini jadi supir rekonstruksi. Mana mungkin terjadi.

Tapi saya tahu RHS punya hati penolong. Bukan soal bisnis semata. Bukan soal cuan saja. Soal menolong orang susah namanya sudah terdengar nyaring di Kepri. Banyak orang cerita pada saya. Itulah yang membuat saya berani meneleponnya.

Dari rumahnya yang besar di Taman Duta Mas, kami meluncur ke TKP. Saya duduk disupiri RHS. Ia berakting sebagai suami Helda. Saya sebagai Helda. Begitulah narasi rekonstruksi penganiayaan itu.

Beritanya bisa dibaca di sini 👇👇

https://batam.tribunnews.com/amp/2014/02/28/beginilah-suasana-reka-ulang-pembunuhan-heldaida

https://batam.tribunnews.com/2014/02/28/meski-sudah-rekontruksi-keluarga-heldaida-tetap-tak-puas

Di depan Polresta Barelang, rekontruksi Helda Lompat dari mobil dengan kecepatan 60 km kami lakukan. Pun juga pengereman mendadak.

Bagaimana sebatang kayu yang kami lemparkan berguling di jalan raya. Ini kontras dengan kondisi mayat Helda yang tidak ada luka seperti terseret aspal jalan. Hanya luka memar lebam bekas pukulan.

Dan akhirnya, usaha mencari keadilan itu berakhir manis. Keluarga Helda mendapat keadilan. Suaminya dihukum penjara.

Kemarin pagi, saya bersua lagi dengan RHS. Keramahan dan kerendahan hatinya tidak berubah. Enam tahun yang lalu, ia menyambut saya di mobil mewahnya. Kemarin di meja sarapan pagi hotel berbintang lima.

Karakter low profilenya begitu kuat. Ia selalu respek pada semua orang. Pelayan yang mengantar minuman tidak lupa diucapkannya kata terimakasih.

Tidak terasa satu jam perbincangan kami. Ia harus segera kembali ke Medan lalu ke Simalungun.

Kami turun ke parkiran. Obrolan dilanjutkan di mobil. Saya mengantarnya ke Bandara Soekarno Hatta. Kali ini gantian saya yang menyupirinya. Menyupiri calon pemimpin penuh harapan Simalungun.

Hidup memang penuh kejutan. Siapa sangka anak Si Raja Angin dari Tiga Runggu itu kini datang kembali ke tanah kelahirannya. Untuk menjadi supir bagi semua rakyat Simalungun. Membawa mereka ke tujuan mulia. Rakyat Harus Sejahtera. Dari seorang Radiapo yang memberi harapan bagi Simalungun Sejahtera.

Semoga. Salam perjuangan penuh cinta. Birgaldo Sinaga. 

Sumber FB Birgaldo Sinaga

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar